LEMPAR LEMBING
KATA
PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas kasih Karunia-Nya kami bisa menyelesaikan makalah penjaskes lempar lembing ini.
Adapun makalah penjaskes tentang lempar lembing ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dalam
menyusun makalah ini dan tentunya dengan bantuan berbagai sumber sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah kami ini.
Namun tidak lepas dari semua itu,
kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun
bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
ingin memberi saran dan kritik kepada kami dapat memperbaiki makalah penjaskes ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan
semoga dari makalah penjaskes tentang lempar lembing
ini dapat menambah wawasan dan memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Sanggau,
18
November 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………..
B. Rumusan Masalah…………………………
C. Tujuan Penulisan……………………………
BAB II PEMBAHASAN
A.
SEJARAH LEMPAR LEMBING....................................
B.
PENGERTIAN LEMPAR LEMBING........................................
C.
PERALATAN YANG DIPERLUKAN DALAM LEMPAR LEMBING?..........................................................................
D.
MACAM-MACAM TEKNIK LEMPAR LEMBING……………………………………………………………..
E.
PERATURAN LEMPAR
LEMBING................................................
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan……………………………………………..
B.
Saran……………………………………………………...
Daftar
Pustaka..........................................
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lempar lembing merupakan suatu aktivitas olahraga yang menuntut kecekatan
dan kekuatan dalam melempar. Medianya berupa lembing, yaitu sejenis tombak,
tapi lebih ringan dan kecil. Awal mulanya, lempar lembing lebih identik dengan
aktivitas berburu nenek moyang manusia. Sebagaimana olahraga atletik lainnya,
lempar lembing diadopsi dari kebiasaan kaum laki-laki pada zaman tersebut.
Aktivitas ini baru berkembang menjadi suatu olahraga ketika umat manusia
memasuki masa bercocok tanam dan beternak, meninggalkan masa nomaden yang lebih
kental dengan aktivitas berburunya. Manusia mulai menetap dengan membangun perkampungan
atau perkotaan.
Perubahan gaya hidup pun terjadi. Salah satunya adalah aktivitas fisik seperti
melempar lembing tak lagi digunakan untuk berburu. Aktivitas itu dialihkan
menjadi suatu olahraga yang dipertandingkan. Unsur untuk memperoleh makanan
(berburu) berubah menjadi upaya pemenuhan akan hiburan dan prestasi. Walaupun
belum ditemukan catatan sejarah yang otentik mengenai lempar lembing, tapi
sebagian ahli meyakini olahraga ini telah berkembang sejak zaman Yunani Klasik.
Saat itu, lempar lembing termasuk olahraga populer. Tak kalah dengan olahraga
jenis atletik lainnya, seperti lari, lompat, dan lempar cakram.
B. RUMUSAN
MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1.
Bagaimana sejarah
lempar lembing?
2.
Apa pengertian lempar lembing?
3.
Apa saja peralatan-peralatan yang
diperlukan dalam lempar lembing?
4.
Apa Saja Macam-macam teknik dalam
melakukan lempar lembing?
5.
Apa Saja Peraturan Dalam Lempar
Lembing ?
C.
TUJUAN PENULISAN
Untuk menambah wawasan tentang senam khususnya tentang
lempar lembing dan untuk mendapatkan nilai.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH LEMPAR LEMBING
Lempar lembing adalah olahraga yang menuntut kecekatan dan
kekuatan dalam melempar. Media olaharaga ini adalah lembing, yaitu sejenis
tombak, tapi lebih ringan dan kecil. Walaupun belum ditemukan catatan sejarah
otentik mengenai olahraga lempar lembing, tapi sebagian ahli meyakini olahraga
ini telah berkembang sejak zaman Yunani Klasik. Saat itu, lempar lembing termasuk
olahraga populer. Tak kalah dengan olahraga jenis atletik lainnya, seperti
lari, lompat, dan lempar cakram.
Beberapa pakar menyebutkan, lempar lembing diidentikkan
dengan aktivitas berburu nenek moyang manusia. Sebagaimana olahraga atletik
lainnya, lempar lembing diadopsi dari kebiasaan kaum laki-laki pada zaman
tersebut.
Aktivitas lempar lembing baru berkembang menjadi suatu
olahraga ketika manusia memasuki masa bercocok tanam dan beternak, meninggalkan
masa nomaden yang lebih kental dengan aktivitas berburunya. Manusia mulai
menetap dengan membangun perkampungan atau perkotaan. Olahraga lempar lembing juga tercatat dilakukan
di beberapa peradaban klasik lainnya. Seperti peradaban Cina dan Mesir (Egypt)
Klasik. Namun, tidak sepopuler seperti di Yunani, karena olahraga yang paling
diminati di Mesir adalah renang dan memancing.
Dengan dasar ini kemudian disimpulkan, bahwa olahraga lempar
lembing berasal dari peradaban Yunani klasik, berakar pada aktivitas berburu
leluhur manusia pada zaman purba.
B.
PENGERTIAN LEMPAR LEMBING
Lembing adalah olahraga yang merupakan keturunan dari banyak
bentuk kompetisi diperebutkan di berbagai bagian dunia kuno yang melibatkan
melemparkan dari peluru. Lembing adalah salah satu peristiwa yang membentuk
bagian dari Olimpiade kuno, dan itu termasuk dalam perdana Olimpiade modern
pada tahun 1896. Lembing akhirnya diatur oleh lintasan dan lapangan payung
tubuh, Federasi Atletik Amatir Internasional (IAAF).
Javelin kompetisi paling dikenal melalui pemaparan yang
diberikan olahraga pada Olimpiade, di mana lembing adalah kejadian terpisah
diperebutkan oleh laki-laki dan perempuan. Javelin juga merupakan bagian dari
dua tahunan Atletik Dunia kejuaraan atletik dan berbagai daerah bertemu.
Javelin kompetisi adalah bagian dari National Collegiate Athletic Association
(NCAA) tahunan kejuaraan trek dan lapangan. Ini juga merupakan salah satu
peristiwa yang meliputi baik dasalomba dan heptathlon.
Beruang lembing sejumlah kesamaan teknis ke lapangan olahraga
tradisional lainnya yang mengharuskan atlet untuk melempar peluru sejauh
mungkin. Yang menembak, melempar palu, dan cakram semua memerlukan atlet untuk
mempertimbangkan berbagai faktor fisik, termasuk efek angin, sudut di mana
objek dilepaskan, ketinggian di mana objek dilepaskan, dan kecepatan objek pada
rilis. Ini adalah pertimbangan aerodinamis spesifik lembing itu sendiri yang
memisahkan olahraga ini dari peristiwa melempar lain.
Proyektil yang digunakan dalam lembing terdiri dari tiga bagian yang berbeda-kepala, dibangun dari logam ringan; batang, yang terbuat dari serat karbon atau komposit lain bahan sintetis dan cengkeraman, porsi lembing di mana objek dipegang oleh pelempar sebelum pengiriman.
Proyektil yang digunakan dalam lembing terdiri dari tiga bagian yang berbeda-kepala, dibangun dari logam ringan; batang, yang terbuat dari serat karbon atau komposit lain bahan sintetis dan cengkeraman, porsi lembing di mana objek dipegang oleh pelempar sebelum pengiriman.
Berbeda dengan gerak kaki dan tubuh resultan posisi yang
dicari oleh seorang atlet untuk menghasilkan peluru yang sukses melempar atau
rilis cakram, lembing aturan melarang spin atau memutar dari tubuh pelempar
sebelum pelepasan lembing (bagian belakang pesaing mungkin tidak menghadapi
garis melemparkan setiap saat sebelum pelepasan lembing).
C.
PERALATAN-PERALATAN SAAT LEMPAR LEMBING
Lempar
lembing merupakan nomor lempar yang dilombakan dalam cabang olahraga atletik. Perlombaan
lempar lembing dilakukan di lapangan terbuka dengan menggunakan lebing, yang
mempunyai ketentuan sebagai berikut:
1.
Lembing
Untuk
putra:
a.
Berat
800 gram
b.
Panjang
260-270 cm.
c.
Panjang
lilitan untuk pegangan 15-16 cm
Untuk
putri:
a.
Berat
600 gram
b.
Panjang
220-230 cm
c.
Panjang
lilitan untuk pegangan 15-16 cm
2.
Lapangan
a.
Lapangan
lempar lembing adalah sebagai berikut:
b.
lebar
: 4 meter
c.
panjang
awalan 30-37 meter
d.
besar
sudut lemparan 40o
D. MACAM-MACAM
TEKNIK LEMPAR LEMBING
1.
Teknik
memegang lembing
Pada teknik memegang lembing, perlu diketahui bahwa ada
3 cara atau teknik yang perlu dilatih, yaitu:
a.
American Style (Cara Amerika)
Pada American style,
cara memegang lembing adalah dengan menempatkan ibu jari sekaligus telunjuk
untuk saling bertemu pada lilitan lembing atau di belakang balutan lembing.
Untuk yang baru menekuni lempar lembing, cara memegang lembing satu ini lebih
sesuai.
Untuk atlet pemula, pegangan
American style sangat mudah dipelajari sehingga ketika latihan tidak akan
begitu menemukan kesulitan. Tak hanya bagi pemula saja sebenarnya, tapi juga
secara umum yang memegang lembing pada dasarnya menggunakan teknik American style.
Ini adalah teknik yang dasar sekaligus juga paling banyak dan kerap kita
jumpai.
Alasan mengapa cara memegang
dengan gaya Amerika sangat umum adalah karena selain mudah, daya dorongnya
lebih tinggi oleh ibu jari dan jari telunjuk. Teknik pegangan lembing satu ini
pun masih populer sampai sekarang dan masih sering digunakan karena memang
sangat nyaman sekaligus memberikan daya dorong lebih.
b. Finlandia Style (Cara
Finlandia)
Pada umumnya,
seringkali cara memegang lembing dengan cara Finlandia kerap dianggap sama
dengan cara Amerika. Banyak orang tak terlalu tahu membedakan kedua teknik
pegangan yang padahal sebenarnya sangat mudah. Untuk pegangan ini, tekniknya
adalah dengan membuat ibu jari serta jari tengah bertemu tepat di bagian
lilitan lembing.
Bagian lilitan lembing tersebut artinya ada di belakang balutan. Untuk
posisi jari telunjuk, Anda bisa buat posisinya agak lurus dengan batang
lembingnya. Tak ada ketentuan kapan harus memakai pegangan yang mana karena
pemain atau pelempar lembing juga bisa menggunakan cara Finlandia sedari awal
apabila memang lebih nyaman dengan teknik ini.
c.
Tank Style (Jepit Tang)
Untuk cara memegang
lembing satu ini, pegangan berfokus pada jari telunjuk serta jari tengah yang
bertugas menjepit lembing tepat di belakang bagian pegangan. Tentunya pada
setiap pegangan memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan untuk
teknik pegangan ini pun sama baiknya dengan yang lain hanya memang tak
sepopuler American style.
Pada dasarnya, memegang lembing dengan tank style cukup menguntungkan bagi
pelemparnya. Ini karena pegangan ini mampu menjadi pencegah terjadinya luka di
bagian siku pelempar yang diakibatkan biasanya oleh pelencengan. Hanya saja
memang ketika melempar, lilitan tipisnyalah yang nantinya menyebabkan masalah sehingga
harus mempertimbangkan hal ini juga sebelum menggunakannya.
Tak ada teknik pegangan yang lebih baik dari yang lain karena sebetulnya
masalah teknik pegangan lembing kembali ke masing-masing kenyamanan
pelemparnya. Seorang atlet perlu memilih jenis pegangan yang paling sesuai
dengannya, yakni yang dianggap paling pas dan cocok sesudah melakukan latihan
untuk setiap teknik memegang lembing.
2. Teknik Membawa Lembing
Selain cara memegang lembing,
teknik dalam membawa lembing juga perlu untuk Anda kuasai bila ingin menjadi
atlet yang baik. Dalam setiap olahraga, mengambil awalan yang tepat akan
meningkatkan kemungkinan luar biasa dalam mencapai hasil maksimal. Cara
mengambil awalan di atletik lempar lembing berhubungan erat dengan cara
membawanya.
Sebetulnya dalam membawa lembing,
seseorang bisa melakukan cara apapun, hanya saja pastikan untuk tidak sampai
membuat kecepatan berlari terhambat. Intinya di sini adalah bahwa membawa
lembing bisa dilakukan senyaman atlet tersebut, seperti:
a. Membawanya di atas pundak di mana mata lembing
posisinya serong ke atas.
b. Bahkan atlet pun sah-sah saja kalau ingin membawa
lembing di atas bahu dengan posisi mata lembing sering ke bawah maupun juga
mendatar.
c.
Tangan akan menjadi
rileks ketika membawa lembing dalam posisi mendatar; tak hanya tangan, tapi
bagian bahu pun otot menjadi lebih nyaman serta tak begitu tertekan sehingga
memang banyak juga atlet yang menggunakannya.
d. Membawa lembing tidak harus selalu di atas pundak,
karena membawanya dengan posisi lembing di sisi tubuh juga sah-sah saja untuk
dilakukan. Namun pada teknik membawa lembing ini, Anda perlu meluruskan tangan
ke belakang supaya menjadi jauh lebih gampang dalam mengambil sejumlah sikap
lanjutan. Hanya saja, pada cara membawa lembing seperti ini akan ada sedikit hambatan untuk berlari dengan
kecepatan optimal.
3. Teknik Awal Berlari Lempar Lembing
Teknik lainnya yang sangat perlu
diperhatikan adalah awalannya. Awalan ini merupakan gerakan mula-mula dalam
proses melempar lembing dan perlu atlet lakukan dengan melangkah serta berlari
ke batas tolakan. Atlet perlu melatih ini di awal karena awalan lari adalah
bagian pertama yang tujuannya sebagai pembangun kecepatan gerak tubuh untuk
kepentingan hasil lemparan.
a. Pada awalan lari lempar lembing, pelempar lembing bakal
perlu berlari seraya membawa lembing tepat di atas kepala sambil menekuk bagian
lengan. Hadapkan siku ke depan dan telapak mengarah ke atas.
b. Sementara untuk posisi lembing, pastikan posisinya
sejajar dan letaknya di atas garis paralel dengan tanah.
c.
Cross steps adalah
istilah untuk bagian terakhir dari teknik awalan lari lempar lembing dan
istilah lain untuk itu adalah langkah silang. Pada langkah ini akan meliputi
adanya hop-steps atau dengan jingkat, cross-steps atau dengan langkah silang di
bagian depan, serta rear cross-steps atau langkah silang di belakang.
d. Untuk aturan panjang awalan lari, menurut Ballesteros,
wajib untuk tak lebih dari 36.50 m bagi panjang lintasan awalan dan juga tak
boleh pula kurang dari 30 m. Perlu ada pemberian tanda menggunakan 2 garis
paralel (4 meter) secara terpisah dengan 5 cm untuk lebar garisnya.
e.
Dalam teknik
peralihan atau cross steps, atlet perlu memutar kedua bahu secara perlahan ke
arah kanan ketika menurunkan kaki kiri. Sementara itu, lengan kanan harus mulai
digerakkan atau diluruskan ke belakang. Dari situ, titik pusat gravitasi bisa
turun perlahan dari yang tadinya meningkat ketika melakukan awalan lari.
f.
Teruskan perputaran
bahu sekaligus juga pelurusan lengan pembawa lembing ke belakang dan lanjutkan
tanpa terputus. Bergeraklah terus sampai atas sampai melampaui kaki kiri atas.
Dengan gerakan ini biasanya akan membuat tubuh bagian atas condong ke belakang.
g.
Kedua bahu yang
mengalami perputaran ke kanan akan membuat pilinan antara tubuh bagian bawah
dan atas dan ini sekaligus juga membuat lembing tertinggal dengan baik di
belakang tubuh atlet.
h. Sementara itu, fokuskan pandangan tetap selalu ke arah
depan.
i.
Tumit kanan perlu
diangkat ketika terjadi pendaratan oleh tungkai kanan dalam posisi setengah
ditekuk pada akhir cross steps sewaktu menggerakkan lutut maju. Dalam waktu
yang sama, kedua tungkai perlu dibuka dengan melangkahkan kaki kiri
selebar-lebarnya ke depan dan injakkan pula sedikit ke kiri.
j.
Tetaplah jaga kedua
bahu untuk menghadap ke samping dan lembing perlu untuk tetap dalam posisi
dipegang di belakang. Tangan yang membawa lembing pun harus tetap setinggi
pundak.
k. Jaga pergelangan tangan supaya tetap dalam kondisi
ditekuk dan hadapkan telapak tangan ke atas supaya bagian ekor lembing tak
menyentuh permukaan tanah. Saat melakuakn pergerakan ini, lipat lengan kiri
menyilang di dada.
l.
Di fase akhirnya,
saat menurunkan kaki kiri pada posisi akhir lemparan, mulailah untuk pemutaran
kedua pinggul ke depan. Gerakan ini bisa diawali dengan sebuah putaran ke dalam
oleh lutut dan kaki kanan dan lanjutkan dengan meluruskan tungkai.
m. Selanjutnya, bahu kiri bisa dibuka, dan putarlah siku
kanan ke arah luar atas sementara lembing diluruskan di atas bahu dan lengan.
n. Tekanlah kaki kiri ke tanah dan langsung lanjutkan
dengan memutar kaki kanan ke dalam lalu diluruskan seraya meluruskan juga lutut
kanan. Tujuannya adalah supaya sebuah posisi membusur dapat tercipta dari tubuh
atlet dan otot depan bisa meregang kuat.
4.
Teknik Melempar
Lembing
Setelah teknik memegang, membawa
dan bahkan awalan lari, maka seseorang yang ingin bermain lempar lembing dan
menjadi atlet profesional memerlukan teknik untuk melempar lembing secara tepat
juga.
a. Ketika hendak melemparkan lembing dari atas kepala,
pastikan bawa lembing ke belakang dnegan tangan lurus yang diputar ke arah
dalam, sementara itu rebahkan badan ke belakang dengan lutut kaki kanan di saat
yang sama dengan pembengkokan siku.
b. Bawa lembing secepat kilat ke atas kepala sambil
mendorong pinggul ke depan, barulah kemudian lembing dilemparkan sekuat tenaga
ke depan dari atas kepala. Dalam posisi ini, tangan lurus dan dibantu dengan
kaki kanan ditolakkan sekuatnya dan badan dilonjakkan ke depan.
c.
Lepaskan lembing di
saat lurus dan pangkal lilitan tali lembing dapat didorong dengan jari-jari tangan.
5. Teknik Melepaskan Lembing
Setelah dilempar, tentu ada pula
teknik untuk melepaskan lembing di mana gerakan ini sangat vital untuk
menciptakan lemparan yang baik. Untuk melepaskan lembing, penting untuk
mengurutkan dari bahu, lengan atas dan tangan dalam pergerakannya secara
sempurna.
a. Awalnya, bahu dipakai untuk melempar secara aktif
dengan dibawa ke depan sambil memutar lengan yang akan melempar, sementara siku
mendorong ke arah atas.
b. Pastikan lembing dilempar di atas kaki kiri dan
lembing juga lepas dari tangan dengan 45 derajat sudut lemparan. Pergerakannya
mirip ketapel dari lengan bawah tangan kanan.
c.
Sementara itu,
pastikan untuk luncurkan kaki kanan di tanah dan saat pelepasan lembing maka
terjadilah pada satu garis lurus yang berasal dari pinggang ke tangan pelempar
sementara tubuh serta kepala condong ke sisi kiri.
d. Selama pelepasan lembing, tekuk lengan kiri dengan
tujuan memblok dan pastikan tubuh seimbang dan mempertahankan posisi yang sudah
diciptakan saat melempar supaya tak makin condong ke depan.
e.
Penting untuk tubuh
menjaga keseimbangan supaya tak berakibat pada diskualifikasi. Pada proses
penyeimbangan tubuh, pusatkan pada satu kaki tumpuan.
6.
Posisi Tubuh Pasca
Pelemparan
Sesudah menolakkan kaki kanan ke
atas dan juga ke depan mendarat, angkat kaki ke belakang dan agak miringkan
bagian tubuh sambil agak condong ke depan. Kaki kiri tetap mengarah ke belakang
secara rileks sementara tekukkan siku tangan kanan yang berada di bawah supaya
lebih dekat ke perut.
Untuk posisi tangan kiri, pastikan
untuk tetap rileks dan lemas ke belakang. Pandangan harus tetap fokus ke depan
mengikuti arah jalannya lembing sekaligus di tempat jatuhnya. Ketika posisi
salah baik dalam melempar dan melepas, maka hasil lempar lembing pun
kemungkinan akan kurang memuaskan.
E. PERATURAN
LEMPAR LEMBING
Pada lempar lembing juga terdapat beberapa peraturan
umum yang meliputi tempat pegangan yang tepat dan yang dianggap sah sewaktu
berpartisipasi dalam sebuah pertandingan. Tak hanya pegangan, tapi juga
lemparan yang benar pun harus benar-benar diperhatikan oleh para pemain atau
peserta. Berikut ini adalah beberapa aturan dalam bermain lempar lembing paling
tepat:
1. Pemain harus memegang lembing pada tempat pegangan.
2. Sebuah lemparan akan dianggap sah apabila mata lembing
menancap atau menggores tanah pada bagian sektor lemparan.
3. Sebuah lemparan lembing dianggap tidak sah ketika
tongkat lembing dilempar kaki peserta menyentuh lengkungan lemparan atau garis
1,5 meter.
4. Sebuah lemparan lembing dianggap tidak sah ketika
tongkat lembing dilempar dan kaki peserta menyentuh tanah di depan lengkungan
lemparan.
5. Ketika sudah mulai melempar, peserta yang melempar tak
diperkenankan memutar badannya sepenuhnya sehingga punggung mengarah pada
lengkungan lemparan.
6. Lemparan dianggap sah dan benar apabila lemparan yang
dilakukan melewati atas bahu.
7. Seperti pada peraturan tolak peluru dan lempar cakram,
jumlah lemparan yang berlaku dan memang diperbolehkan dalam lempar lembing sama
dengan kedua cabang olahraga atletik tersebut, yakni 3 kali.
8. Pemain/peserta hanya boleh melakukan lemparan 3 kali
saja dan proses penilaian adalah dengan mengambil jarak paling jauh dari
lemparan.
9. Peserta tak diperbolehkan meninggalkan jalur lari
awalan sebelum lembing yang sudah ia lemparkan jatuh ke tanah.
Seperti pada jenis olahraga lain,
selalu ada peraturan pelanggaran dan begitu juga pada olahraga lempar lembing
ini. Ada beberapa larangan yang jelas perlu diketahui dan sebisa mungkin
dihindari oleh peserta lempar lembing. Pelanggaran atau larangan yang dimaksud
antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Peserta tidak
memegang tongkat lembing pada lilitannya atau bagian pegangan yang sudah
seharusnya.
2.
Peserta tidak juga
memulai atau melakukan lemparan padahal sudah dipanggil selama 2 menit.
Biasanya kasus seperti ini terjadi ketika pelempar ragu-ragu atau terlalu lama
bersiap-siap, atau bisa jadi karena tak mendengar panggilan.
3.
Peserta menyentuh
besi yang menjadi batas lemparan bagian atas.
4.
Peserta sesudah
melempar kakinya keluar garis yang ada di bagian depan sektor lempar.
5.
Peserta sesudah
melempar kemudian malah meninggalkan jalur lari awalan sebelum lembing jatuh ke
tanah.
6.
Tongkat lembing yang
dilempar jatuh tapi sampai pada luar garis sektor lemparan.
7.
Ujung tongkat lembing
tak meninggalkan bekas di tanah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Di dalam gerakan lempar lembing banyak sekali
melibatkan bagian-bagian tubuh bagian atas dan bawah mulai dari otot, sendi,
sumbu dan bidang. Hasil dari kombinasi yang lengkap dari bagian-bagian tubuh
tersebut menghasilkan suatu gerakan lempar lembing yang baik.
B. Saran
Kami berharap dengan makalah Lempar Lembing ini, para pembaca dapat mengetahui apa
itu olahraga lempar lembing, sejarah lempar lembing, maupun teknik – teknik dan
peraturan dari olahraga Lempar Lembing. Semoga mendapat banyak mendapat
manfaat. Kritik dan saran sangat saya harapkan agar makalah ini menjadi lebih
baik.
Dafrar
pustaka
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus