Total Tayangan Halaman

Sabtu, 18 November 2017

makalah lempar lembing

LEMPAR LEMBING


KATA PENGANTAR
          Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih Karunia-Nya kami bisa menyelesaikan makalah penjaskes lempar lembing ini.
            Adapun makalah penjaskes tentang lempar lembing ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dalam menyusun makalah ini dan tentunya dengan bantuan berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah kami ini.
           Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami dapat memperbaiki makalah penjaskes ini.
           Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah penjaskes tentang  lempar lembing ini dapat menambah wawasan dan memberikan inspirasi terhadap pembaca.


Sanggau, 18 November 2017



Penyusun


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………
BAB I  PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang………………………………..
B.     Rumusan Masalah…………………………
C.     Tujuan Penulisan……………………………
BAB II PEMBAHASAN
A.     SEJARAH LEMPAR LEMBING....................................
B.     PENGERTIAN LEMPAR LEMBING........................................
C.     PERALATAN YANG DIPERLUKAN DALAM LEMPAR LEMBING?..........................................................................
D.     MACAM-MACAM TEKNIK LEMPAR LEMBING……………………………………………………………..
E.      PERATURAN LEMPAR LEMBING................................................
BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan……………………………………………..
B.       Saran……………………………………………………...
 Daftar Pustaka..........................................




BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
            Lempar lembing merupakan suatu aktivitas olahraga  yang menuntut kecekatan dan kekuatan dalam melempar. Medianya berupa lembing, yaitu sejenis tombak, tapi lebih ringan dan kecil. Awal mulanya, lempar lembing lebih identik dengan aktivitas berburu nenek moyang manusia. Sebagaimana olahraga atletik lainnya, lempar lembing diadopsi dari kebiasaan kaum laki-laki pada zaman tersebut. Aktivitas ini baru berkembang menjadi suatu olahraga ketika umat manusia memasuki masa bercocok tanam dan beternak, meninggalkan masa nomaden yang lebih kental dengan aktivitas berburunya. Manusia mulai menetap dengan membangun perkampungan atau perkotaan.
            Perubahan gaya hidup pun terjadi. Salah satunya adalah aktivitas fisik seperti melempar lembing tak lagi digunakan untuk berburu. Aktivitas itu dialihkan menjadi suatu olahraga yang dipertandingkan. Unsur untuk memperoleh makanan (berburu) berubah menjadi upaya pemenuhan akan hiburan dan prestasi. Walaupun belum ditemukan catatan sejarah yang otentik mengenai lempar lembing, tapi sebagian ahli meyakini olahraga ini telah berkembang sejak zaman Yunani Klasik. Saat itu, lempar lembing termasuk olahraga populer. Tak kalah dengan olahraga jenis atletik lainnya, seperti lari, lompat, dan lempar cakram.
B.     RUMUSAN MASALAH        
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.      Bagaimana sejarah lempar lembing?
2.      Apa  pengertian lempar lembing?
3.      Apa saja peralatan-peralatan yang diperlukan dalam lempar  lembing?
4.      Apa Saja Macam-macam teknik dalam melakukan  lempar lembing?
5.       Apa Saja Peraturan Dalam Lempar Lembing ?
C.    TUJUAN PENULISAN
Untuk menambah wawasan tentang senam khususnya tentang lempar lembing dan untuk mendapatkan nilai.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    SEJARAH LEMPAR LEMBING

Lempar lembing adalah olahraga yang menuntut kecekatan dan kekuatan dalam melempar. Media olaharaga ini adalah lembing, yaitu sejenis tombak, tapi lebih ringan dan kecil. Walaupun belum ditemukan catatan sejarah otentik mengenai olahraga lempar lembing, tapi sebagian ahli meyakini olahraga ini telah berkembang sejak zaman Yunani Klasik. Saat itu, lempar lembing termasuk olahraga populer. Tak kalah dengan olahraga jenis atletik lainnya, seperti lari, lompat, dan lempar cakram.
Beberapa pakar menyebutkan, lempar lembing diidentikkan dengan aktivitas berburu nenek moyang manusia. Sebagaimana olahraga atletik lainnya, lempar lembing diadopsi dari kebiasaan kaum laki-laki pada zaman tersebut.
Aktivitas lempar lembing baru berkembang menjadi suatu olahraga ketika manusia memasuki masa bercocok tanam dan beternak, meninggalkan masa nomaden yang lebih kental dengan aktivitas berburunya. Manusia mulai menetap dengan membangun perkampungan atau perkotaan. Olahraga lempar lembing juga tercatat dilakukan di beberapa peradaban klasik lainnya. Seperti peradaban Cina dan Mesir (Egypt) Klasik. Namun, tidak sepopuler seperti di Yunani, karena olahraga yang paling diminati di Mesir adalah renang dan memancing.
Dengan dasar ini kemudian disimpulkan, bahwa olahraga lempar lembing berasal dari peradaban Yunani klasik, berakar pada aktivitas berburu leluhur manusia pada zaman purba.
B.     PENGERTIAN LEMPAR LEMBING
Lembing adalah olahraga yang merupakan keturunan dari banyak bentuk kompetisi diperebutkan di berbagai bagian dunia kuno yang melibatkan melemparkan dari peluru. Lembing adalah salah satu peristiwa yang membentuk bagian dari Olimpiade kuno, dan itu termasuk dalam perdana Olimpiade modern pada tahun 1896. Lembing akhirnya diatur oleh lintasan dan lapangan payung tubuh, Federasi Atletik Amatir Internasional (IAAF).
Javelin kompetisi paling dikenal melalui pemaparan yang diberikan olahraga pada Olimpiade, di mana lembing adalah kejadian terpisah diperebutkan oleh laki-laki dan perempuan. Javelin juga merupakan bagian dari dua tahunan Atletik Dunia kejuaraan atletik dan berbagai daerah bertemu. Javelin kompetisi adalah bagian dari National Collegiate Athletic Association (NCAA) tahunan kejuaraan trek dan lapangan. Ini juga merupakan salah satu peristiwa yang meliputi baik dasalomba dan heptathlon.
Beruang lembing sejumlah kesamaan teknis ke lapangan olahraga tradisional lainnya yang mengharuskan atlet untuk melempar peluru sejauh mungkin. Yang menembak, melempar palu, dan cakram semua memerlukan atlet untuk mempertimbangkan berbagai faktor fisik, termasuk efek angin, sudut di mana objek dilepaskan, ketinggian di mana objek dilepaskan, dan kecepatan objek pada rilis. Ini adalah pertimbangan aerodinamis spesifik lembing itu sendiri yang memisahkan olahraga ini dari peristiwa melempar lain.
Proyektil yang digunakan dalam lembing terdiri dari tiga bagian yang berbeda-kepala, dibangun dari logam ringan; batang, yang terbuat dari serat karbon atau komposit lain bahan sintetis dan cengkeraman, porsi lembing di mana objek dipegang oleh pelempar sebelum pengiriman.
Berbeda dengan gerak kaki dan tubuh resultan posisi yang dicari oleh seorang atlet untuk menghasilkan peluru yang sukses melempar atau rilis cakram, lembing aturan melarang spin atau memutar dari tubuh pelempar sebelum pelepasan lembing (bagian belakang pesaing mungkin tidak menghadapi garis melemparkan setiap saat sebelum pelepasan lembing).
C.    PERALATAN-PERALATAN SAAT LEMPAR LEMBING
Lempar lembing merupakan nomor lempar yang dilombakan dalam cabang olahraga atletik. Perlombaan lempar lembing dilakukan di lapangan terbuka dengan menggunakan lebing, yang mempunyai ketentuan sebagai berikut:
1.      Lembing
Untuk putra:
a.       Berat 800 gram
b.      Panjang 260-270 cm.
c.       Panjang lilitan untuk pegangan 15-16 cm
Untuk putri:
a.       Berat 600 gram
b.      Panjang 220-230 cm
c.       Panjang lilitan untuk pegangan 15-16 cm
2.      Lapangan
a.       Lapangan lempar lembing adalah sebagai berikut:
b.      lebar : 4 meter
c.       panjang awalan 30-37 meter
d.      besar sudut lemparan 40o
D.    MACAM-MACAM TEKNIK LEMPAR LEMBING
1.      Teknik memegang lembing
Pada teknik memegang lembing, perlu diketahui bahwa ada 3 cara atau teknik yang perlu dilatih, yaitu:
a.       American Style (Cara Amerika)


Pada American style, cara memegang lembing adalah dengan menempatkan ibu jari sekaligus telunjuk untuk saling bertemu pada lilitan lembing atau di belakang balutan lembing. Untuk yang baru menekuni lempar lembing, cara memegang lembing satu ini lebih sesuai.
Untuk atlet pemula, pegangan American style sangat mudah dipelajari sehingga ketika latihan tidak akan begitu menemukan kesulitan. Tak hanya bagi pemula saja sebenarnya, tapi juga secara umum yang memegang lembing pada dasarnya menggunakan teknik American style. Ini adalah teknik yang dasar sekaligus juga paling banyak dan kerap kita jumpai.
Alasan mengapa cara memegang dengan gaya Amerika sangat umum adalah karena selain mudah, daya dorongnya lebih tinggi oleh ibu jari dan jari telunjuk. Teknik pegangan lembing satu ini pun masih populer sampai sekarang dan masih sering digunakan karena memang sangat nyaman sekaligus memberikan daya dorong lebih.
b.      Finlandia Style (Cara Finlandia)

Pada umumnya, seringkali cara memegang lembing dengan cara Finlandia kerap dianggap sama dengan cara Amerika. Banyak orang tak terlalu tahu membedakan kedua teknik pegangan yang padahal sebenarnya sangat mudah. Untuk pegangan ini, tekniknya adalah dengan membuat ibu jari serta jari tengah bertemu tepat di bagian lilitan lembing.
Bagian lilitan lembing tersebut artinya ada di belakang balutan. Untuk posisi jari telunjuk, Anda bisa buat posisinya agak lurus dengan batang lembingnya. Tak ada ketentuan kapan harus memakai pegangan yang mana karena pemain atau pelempar lembing juga bisa menggunakan cara Finlandia sedari awal apabila memang lebih nyaman dengan teknik ini.
c.       Tank Style (Jepit Tang)

Untuk cara memegang lembing satu ini, pegangan berfokus pada jari telunjuk serta jari tengah yang bertugas menjepit lembing tepat di belakang bagian pegangan. Tentunya pada setiap pegangan memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan untuk teknik pegangan ini pun sama baiknya dengan yang lain hanya memang tak sepopuler American style.
Pada dasarnya, memegang lembing dengan tank style cukup menguntungkan bagi pelemparnya. Ini karena pegangan ini mampu menjadi pencegah terjadinya luka di bagian siku pelempar yang diakibatkan biasanya oleh pelencengan. Hanya saja memang ketika melempar, lilitan tipisnyalah yang nantinya menyebabkan masalah sehingga harus mempertimbangkan hal ini juga sebelum menggunakannya.
Tak ada teknik pegangan yang lebih baik dari yang lain karena sebetulnya masalah teknik pegangan lembing kembali ke masing-masing kenyamanan pelemparnya. Seorang atlet perlu memilih jenis pegangan yang paling sesuai dengannya, yakni yang dianggap paling pas dan cocok sesudah melakukan latihan untuk setiap teknik memegang lembing.
2.      Teknik Membawa Lembing

Selain cara memegang lembing, teknik dalam membawa lembing juga perlu untuk Anda kuasai bila ingin menjadi atlet yang baik. Dalam setiap olahraga, mengambil awalan yang tepat akan meningkatkan kemungkinan luar biasa dalam mencapai hasil maksimal. Cara mengambil awalan di atletik lempar lembing berhubungan erat dengan cara membawanya.
Sebetulnya dalam membawa lembing, seseorang bisa melakukan cara apapun, hanya saja pastikan untuk tidak sampai membuat kecepatan berlari terhambat. Intinya di sini adalah bahwa membawa lembing bisa dilakukan senyaman atlet tersebut, seperti:
a.       Membawanya di atas pundak di mana mata lembing posisinya serong ke atas.
b.       Bahkan atlet pun sah-sah saja kalau ingin membawa lembing di atas bahu dengan posisi mata lembing sering ke bawah maupun juga mendatar.
c.        Tangan akan menjadi rileks ketika membawa lembing dalam posisi mendatar; tak hanya tangan, tapi bagian bahu pun otot menjadi lebih nyaman serta tak begitu tertekan sehingga memang banyak juga atlet yang menggunakannya.
d.       Membawa lembing tidak harus selalu di atas pundak, karena membawanya dengan posisi lembing di sisi tubuh juga sah-sah saja untuk dilakukan. Namun pada teknik membawa lembing ini, Anda perlu meluruskan tangan ke belakang supaya menjadi jauh lebih gampang dalam mengambil sejumlah sikap lanjutan. Hanya saja, pada cara membawa lembing seperti ini akan ada sedikit hambatan untuk berlari dengan kecepatan optimal.
3.      Teknik Awal Berlari Lempar Lembing

Teknik lainnya yang sangat perlu diperhatikan adalah awalannya. Awalan ini merupakan gerakan mula-mula dalam proses melempar lembing dan perlu atlet lakukan dengan melangkah serta berlari ke batas tolakan. Atlet perlu melatih ini di awal karena awalan lari adalah bagian pertama yang tujuannya sebagai pembangun kecepatan gerak tubuh untuk kepentingan hasil lemparan.
a.       Pada awalan lari lempar lembing, pelempar lembing bakal perlu berlari seraya membawa lembing tepat di atas kepala sambil menekuk bagian lengan. Hadapkan siku ke depan dan telapak mengarah ke atas.
b.       Sementara untuk posisi lembing, pastikan posisinya sejajar dan letaknya di atas garis paralel dengan tanah.
c.        Cross steps adalah istilah untuk bagian terakhir dari teknik awalan lari lempar lembing dan istilah lain untuk itu adalah langkah silang. Pada langkah ini akan meliputi adanya hop-steps atau dengan jingkat, cross-steps atau dengan langkah silang di bagian depan, serta rear cross-steps atau langkah silang di belakang.
d.       Untuk aturan panjang awalan lari, menurut Ballesteros, wajib untuk tak lebih dari 36.50 m bagi panjang lintasan awalan dan juga tak boleh pula kurang dari 30 m. Perlu ada pemberian tanda menggunakan 2 garis paralel (4 meter) secara terpisah dengan 5 cm untuk lebar garisnya.
e.        Dalam teknik peralihan atau cross steps, atlet perlu memutar kedua bahu secara perlahan ke arah kanan ketika menurunkan kaki kiri. Sementara itu, lengan kanan harus mulai digerakkan atau diluruskan ke belakang. Dari situ, titik pusat gravitasi bisa turun perlahan dari yang tadinya meningkat ketika melakukan awalan lari.
f.        Teruskan perputaran bahu sekaligus juga pelurusan lengan pembawa lembing ke belakang dan lanjutkan tanpa terputus. Bergeraklah terus sampai atas sampai melampaui kaki kiri atas. Dengan gerakan ini biasanya akan membuat tubuh bagian atas condong ke belakang.
g.        Kedua bahu yang mengalami perputaran ke kanan akan membuat pilinan antara tubuh bagian bawah dan atas dan ini sekaligus juga membuat lembing tertinggal dengan baik di belakang tubuh atlet.
h.       Sementara itu, fokuskan pandangan tetap selalu ke arah depan.
i.         Tumit kanan perlu diangkat ketika terjadi pendaratan oleh tungkai kanan dalam posisi setengah ditekuk pada akhir cross steps sewaktu menggerakkan lutut maju. Dalam waktu yang sama, kedua tungkai perlu dibuka dengan melangkahkan kaki kiri selebar-lebarnya ke depan dan injakkan pula sedikit ke kiri.
j.         Tetaplah jaga kedua bahu untuk menghadap ke samping dan lembing perlu untuk tetap dalam posisi dipegang di belakang. Tangan yang membawa lembing pun harus tetap setinggi pundak.
k.       Jaga pergelangan tangan supaya tetap dalam kondisi ditekuk dan hadapkan telapak tangan ke atas supaya bagian ekor lembing tak menyentuh permukaan tanah. Saat melakuakn pergerakan ini, lipat lengan kiri menyilang di dada.
l.         Di fase akhirnya, saat menurunkan kaki kiri pada posisi akhir lemparan, mulailah untuk pemutaran kedua pinggul ke depan. Gerakan ini bisa diawali dengan sebuah putaran ke dalam oleh lutut dan kaki kanan dan lanjutkan dengan meluruskan tungkai.
m.     Selanjutnya, bahu kiri bisa dibuka, dan putarlah siku kanan ke arah luar atas sementara lembing diluruskan di atas bahu dan lengan.
n.       Tekanlah kaki kiri ke tanah dan langsung lanjutkan dengan memutar kaki kanan ke dalam lalu diluruskan seraya meluruskan juga lutut kanan. Tujuannya adalah supaya sebuah posisi membusur dapat tercipta dari tubuh atlet dan otot depan bisa meregang kuat.

4.      Teknik Melempar Lembing

Setelah teknik memegang, membawa dan bahkan awalan lari, maka seseorang yang ingin bermain lempar lembing dan menjadi atlet profesional memerlukan teknik untuk melempar lembing secara tepat juga.
a.       Ketika hendak melemparkan lembing dari atas kepala, pastikan bawa lembing ke belakang dnegan tangan lurus yang diputar ke arah dalam, sementara itu rebahkan badan ke belakang dengan lutut kaki kanan di saat yang sama dengan pembengkokan siku.
b.       Bawa lembing secepat kilat ke atas kepala sambil mendorong pinggul ke depan, barulah kemudian lembing dilemparkan sekuat tenaga ke depan dari atas kepala. Dalam posisi ini, tangan lurus dan dibantu dengan kaki kanan ditolakkan sekuatnya dan badan dilonjakkan ke depan.
c.        Lepaskan lembing di saat lurus dan pangkal lilitan tali lembing dapat didorong dengan jari-jari tangan.
5.      Teknik Melepaskan Lembing

Setelah dilempar, tentu ada pula teknik untuk melepaskan lembing di mana gerakan ini sangat vital untuk menciptakan lemparan yang baik. Untuk melepaskan lembing, penting untuk mengurutkan dari bahu, lengan atas dan tangan dalam pergerakannya secara sempurna.
a.       Awalnya, bahu dipakai untuk melempar secara aktif dengan dibawa ke depan sambil memutar lengan yang akan melempar, sementara siku mendorong ke arah atas.
b.       Pastikan lembing dilempar di atas kaki kiri dan lembing juga lepas dari tangan dengan 45 derajat sudut lemparan. Pergerakannya mirip ketapel dari lengan bawah tangan kanan.
c.        Sementara itu, pastikan untuk luncurkan kaki kanan di tanah dan saat pelepasan lembing maka terjadilah pada satu garis lurus yang berasal dari pinggang ke tangan pelempar sementara tubuh serta kepala condong ke sisi kiri.
d.       Selama pelepasan lembing, tekuk lengan kiri dengan tujuan memblok dan pastikan tubuh seimbang dan mempertahankan posisi yang sudah diciptakan saat melempar supaya tak makin condong ke depan.
e.        Penting untuk tubuh menjaga keseimbangan supaya tak berakibat pada diskualifikasi. Pada proses penyeimbangan tubuh, pusatkan pada satu kaki tumpuan.
6.      Posisi Tubuh Pasca Pelemparan
Sesudah menolakkan kaki kanan ke atas dan juga ke depan mendarat, angkat kaki ke belakang dan agak miringkan bagian tubuh sambil agak condong ke depan. Kaki kiri tetap mengarah ke belakang secara rileks sementara tekukkan siku tangan kanan yang berada di bawah supaya lebih dekat ke perut.
Untuk posisi tangan kiri, pastikan untuk tetap rileks dan lemas ke belakang. Pandangan harus tetap fokus ke depan mengikuti arah jalannya lembing sekaligus di tempat jatuhnya. Ketika posisi salah baik dalam melempar dan melepas, maka hasil lempar lembing pun kemungkinan akan kurang memuaskan.
E.      PERATURAN LEMPAR LEMBING
Pada lempar lembing juga terdapat beberapa peraturan umum yang meliputi tempat pegangan yang tepat dan yang dianggap sah sewaktu berpartisipasi dalam sebuah pertandingan. Tak hanya pegangan, tapi juga lemparan yang benar pun harus benar-benar diperhatikan oleh para pemain atau peserta. Berikut ini adalah beberapa aturan dalam bermain lempar lembing paling tepat:
1.       Pemain harus memegang lembing pada tempat pegangan.
2.       Sebuah lemparan akan dianggap sah apabila mata lembing menancap atau menggores tanah pada bagian sektor lemparan.
3.       Sebuah lemparan lembing dianggap tidak sah ketika tongkat lembing dilempar kaki peserta menyentuh lengkungan lemparan atau garis 1,5 meter.
4.       Sebuah lemparan lembing dianggap tidak sah ketika tongkat lembing dilempar dan kaki peserta menyentuh tanah di depan lengkungan lemparan.
5.       Ketika sudah mulai melempar, peserta yang melempar tak diperkenankan memutar badannya sepenuhnya sehingga punggung mengarah pada lengkungan lemparan.
6.       Lemparan dianggap sah dan benar apabila lemparan yang dilakukan melewati atas bahu.
7.       Seperti pada peraturan tolak peluru dan lempar cakram, jumlah lemparan yang berlaku dan memang diperbolehkan dalam lempar lembing sama dengan kedua cabang olahraga atletik tersebut, yakni 3 kali.
8.       Pemain/peserta hanya boleh melakukan lemparan 3 kali saja dan proses penilaian adalah dengan mengambil jarak paling jauh dari lemparan.
9.       Peserta tak diperbolehkan meninggalkan jalur lari awalan sebelum lembing yang sudah ia lemparkan jatuh ke tanah.
Seperti pada jenis olahraga lain, selalu ada peraturan pelanggaran dan begitu juga pada olahraga lempar lembing ini. Ada beberapa larangan yang jelas perlu diketahui dan sebisa mungkin dihindari oleh peserta lempar lembing. Pelanggaran atau larangan yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut:
1.       Peserta tidak memegang tongkat lembing pada lilitannya atau bagian pegangan yang sudah seharusnya.
2.       Peserta tidak juga memulai atau melakukan lemparan padahal sudah dipanggil selama 2 menit. Biasanya kasus seperti ini terjadi ketika pelempar ragu-ragu atau terlalu lama bersiap-siap, atau bisa jadi karena tak mendengar panggilan.
3.       Peserta menyentuh besi yang menjadi batas lemparan bagian atas.
4.       Peserta sesudah melempar kakinya keluar garis yang ada di bagian depan sektor lempar.
5.       Peserta sesudah melempar kemudian malah meninggalkan jalur lari awalan sebelum lembing jatuh ke tanah.
6.       Tongkat lembing yang dilempar jatuh tapi sampai pada luar garis sektor lemparan.
7.       Ujung tongkat lembing tak meninggalkan bekas di tanah.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Di dalam gerakan lempar lembing banyak sekali melibatkan bagian-bagian tubuh bagian atas dan bawah mulai dari otot, sendi, sumbu dan bidang. Hasil dari kombinasi yang lengkap dari bagian-bagian tubuh tersebut menghasilkan suatu gerakan lempar lembing yang baik.
B.     Saran
Kami berharap dengan makalah Lempar Lembing ini, para pembaca dapat mengetahui apa itu olahraga lempar lembing, sejarah lempar lembing, maupun teknik – teknik dan peraturan dari olahraga Lempar Lembing. Semoga mendapat banyak mendapat manfaat. Kritik dan saran sangat saya harapkan agar makalah ini menjadi lebih baik.





Dafrar pustaka


1 komentar:

MAKALAH Empat Aspek Keterampilan Berbahasa

MAKALAH Empat Aspek Keterampilan Berbahasa Mata Kuliah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Puji...